Spiritualitas Dalam Pencak Silat

SPIRITUALITAS SEBAGAI ASPEK PENTING PENCAK SILAT

 Pencak silat merupakan warisan budaya jenis bela diri yang telah berdiri lama di tanah nusantara. Tidak ada bukti yang pasti sejak kapan dan siapa pendiri pencak silat pertama kali, yang pasti adalah banyak sekali pendekar-pendekar legendaris dari kerajaan yang ada di Nusantara, seperti Gajah Mada. Gajah Mada adalah seorang patih termasyhur dari Kerjaan Majapahit di Jawa. Gelar patih yang disandang oleh Gajah Mada menunjukkan bahwa dia adalah seorang prajurit yang ahli dalam ilmu bela diri. Jika dirunut dari berdirinya Kerajaan Majapahit, maka pencak silat telah ada di nusantara sejak sekitar tahun 1200 Masehi, bahkan mungkin sebelum itu. Tidak ada tulisan atau buku ketentuan khusus yang membahas tentang pencak silat, namun setiap daerah di nusantara memiliki perguruan yang mengatur hal-hal tertentu tentang pencak silat. Bisa dikatakan bahwa eksistensi pencak silat ada sampai saat ini hanya diwariskan secara turun menurun.

Meski diwariskan secara turun temurun, banyaknya aspek yang terkandung dalam pencak silat tidaklah hilang. Selama ini, aspek yang lebih dikenal adalah pencak silat sebagai olahraga. Di balik itu, ada aspek lain yang tak kalah penting selain aspek olahraga, yaitu aspek spiritualitas. Aspek spiritualitas inilah yang menjadi ciri khas pencak silat sebagai ilmu bela diri khas Indonesia. Adanya aspek spiritualitas ini menunjukkan bahwa dalam pencak silat tidak hanya mengutamakan tentang olah fisik pesilat saja, melainkan juga memiliki hubungan yang erat dengan spiritualitas adat budaya di tanah nusantara. Spiritualitas yang ada dalam pencak silat merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari olah fisik karena mampu menyempurnakan kekuatan fisik seorang pesilat. Kekuatannya yang termasuk dalam salah satu dari lima bela diri paling mematikan di dunia tidak diragukan lagi dan sudah dimuat dalam berbagai media di seluruh dunia.

Dari banyaknya aliran perguruan pencak silat yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia, masing-masing mempunyai cara tersendiri untuk mengaplikasikan aspek spiritual dalam ajaran perguruan. Pada zaman dahulu, para pendekar pencak silat sering melakukan semadi, tapa, atau proses kebatinan sebagai perjalanan spiritual yang dapat meningkatkan pencapaian tingkatan keilmuannya. Banyak yang menganggap bahwa praktik spiritualitas dalam pencak silat ini merupakan praktik sesat. Namun pada dasaranya, spiritualitas ini mengajarkan para pesilat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Hubungan manusia dengan Tuhan pasti melibatkan hati, pikiran dan emosi untuk kemudian memperoleh rasa ketenangan dalam jiwa. Ketenangan dalam jiwa tersebut yang kemudian dapat menyatu dengan kekuatan fisik yang telah dilatih.

Dengan demikian, pada dasarnya spiritualitas yang terkandung dalam pencak silat ini mengajarkan kita bahwa usaha yang dilakukan setiap makhluk hidup tidak akan berarti apa-apa tanpa melibatkan Tuhan dalam segala rencananya. Hal ini kemudian dapat mengarahkan pesilat untuk menerapkan budi pekerti, kerendahan hati dan menciptakan keselarasan dengan alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari.